Bedor Teater Tradisional, Terkikis Hampir Habis
Penulis : Indra Hendrawan, S.Pd.
BEDOR TEATER TRADISIONAL, TERKIKIS HAMPIR HABIS
Indonesia memiliki keberagaman seni tradisional yang melimpah, minat masyarakat terhadap warisan budaya ini nampaknya dari hari ke hari mulai menurun. Pemerintah dan masyarakat perlu bersatu untuk menjaga dan mendukung kesenian tradisional demi mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa.
Sebagai negara multikultural, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Hingga tahun 2022, Kemendikbudristek telah mengidentifikasi 1.728 warisan budaya tak benda di Indonesia, dan jumlah ini terus bertambah dengan adanya 11.711 kekayaan budaya tak benda potensial. Kesenian, sebagai komponen integral dari kebudayaan, memiliki peran signifikan dalam menciptakan kekayaan budaya tak benda Indonesia. Sekitar 35 persen atau 4.128 kekayaan budaya tak benda di Indonesia termasuk dalam kategori seni pertunjukan, tradisi, dan ekspresi lisan, yang melibatkan seni bahasa, tari, gerak, suara, musik, dan teater.
Penetrasi budaya Barat ke Indonesia melalui teknologi, kebiasaan, dan aspek sosial telah semakin mendorong proses akulturasi budaya. Dalam era globalisasi yang berkembang pesat saat ini, dampak budaya Barat tampak mendominasi dan menjadi pusat tren bagi masyarakat. Gaya hidup dan kebiasaan masyarakat Barat menjadi simbol modernitas, yang menyebabkan budaya Barat terus mendominasi dan menjadi pusat tren bagi masyarakat. Situasi ini berdampak merosotnya nilai-nilai lokal dan kearifan tradisional sebagai bagian dari warisan Nusantara. Lebih lanjut, nilai-nilai tradisional ini lambat laun mengalami kepunahan karena kesulitan bersaing dengan budaya modern dalam dinamika pergaulan masyarakat.
Bedor merupakan seni pertunjukan tradisi berupa teater yang di dalamnya terdapat ritual dan hiburan. Bedor merupakan sebuah kesenian asli cianjur yang hampir punah. Penulis katakan hampir punah dikarenakan sulit sekali menemukan kesenian bedor ini dilingkungan masyarakat bahkan jika ditanya pada masyarakat usia muda rata-rata tidak mengetahuinya dan masyarakat muda sedikit sekali yang tau apa itu bedor.
Penyebaran bedor saat ini mungkin hanya diwariskan secara tradisi lisan yang diturunkan pelaku kesenian pada beberapa orang saja. Hal ini disebabkan kuatnya pengaruh budaya luar melalui media teknologi dan kebiasaan dari generasi muda sendiri yang lebih menyukai budaya luar yang mirisnya mereka tidak bisa memfilter budaya tersebut.
Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia sebenarnya memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif misalnya, kreatifitas, inovasi pengembangan ilmu pengetahuan, dan dijadikan bisnis online. Dampak negatifnya kebudayaan asing atau barat terhadap masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja sudah sampai tahap memprihatinkan karena ada kecenderungan para remaja sudah melupakan kebudayaan bangsanya sendiri. Budaya ikut-ikutan atau latah terhadap cara berpenampilan, mengikuti trend tik-tok, gaya bahasa dalam berbicara, dan mengkonsumsi makanan cepat saji, berbelanja online, selau bermain game yang akan memengaruhi volume sel otak sehingga tingkat kecerdasannya akan menurun. Gaya hidup semua itu karena melihat dari media sosial.
Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri.
Penjelasan Bedor sulit ditemukan, dan penulispun hanya mendapatkan beberapa penjelasan secara lisan dari mantan pelaku kesenian Bedor tersebut. Hasil dari beberapa keterangan, Bedor bermula dari singkatan "Lebe Bodor" (penghulu yang suka melawak ketika khutbah nikah), atau ada yang menyebutnya sebagai "Sesebred bari Ngabodor" (sindiran sarkastik).
Bedor biasanya dipentaskan secara kelompok yang terdiri dari aktor, ronggeng, dan penabuh alat musik tradisional sama seperti teater pada umumnya hanya pembeda dari cara menyampaikan cerita Bedor lebih ke arah tradisional dimana cerita dengan alur maju tentu saja menjadi bagian dari skenario.
Bedor selalu bercerita tentang kehidupan sehari-hari atau yang terjadi di masyarakat pada umumnya. Disinilah keunikan Bedor. Pada budaya barat imajinasi kadang kala terlalu tinggi bahkan hayalan diluar nalar manusiapun ada dan hal ini bisa mengganggu generasi muda jika tidak memiliki filter yang kuat. Kebiasaan generasi muda yang suka ikut-ikutan akan mudah sekali terbawa pada imajinasi tersebut dan pada akhirnya hanya hayalan yang ada pada pikiran mereka sehingga kehidupan nyata terlupakan yang membuat interaksi dari sosialisasi berkurang.
Budaya luar sebetulnya bagus bahkan untuk Bedor sendiri bisa menjadi penyampai atau membuat Bedor semaki berkembang dalam segi penyajiaannya tanpa merusak ciri khasnya atau keunikannya.
Akulturasi memang diperlukan untuk mempertahankan kesenian tradisional namun tidak merusak merusak ciri khasnya atau keunikannya dikarenakan keunikan seni tradisional ada pada nilai kehidupan yang disampaikan dan berciri khas adat timur yang memiliki nilai etika yang sangat tinggi.
Penyebaran kesenian tradisonal Bedor tidak hanya kewajiban pemerintah melainkan kewajiban bersama. Kesadaran tiap individu sebagai bangsa semestinya ada untuk mempertahankan seni tradisi tersebut dikarenakan seni tersebut memiliki nilai luhur yang sesuai dengan kita sebagai orang timur.
Penyebaran budaya luar tidak boleh dibendung namun harus bisa dipilah mencari kebaikan dan menjauhi keburukannya karena jika tanpa filter maka lambat laun hal tersebut akan menjadi candu yang akhirnya seni tradisional akan ditinggalkan termasuk Bedor teater tradisional akan terkikis dan habis.
Verifikator : Deden Royani, S.T., M.H. (Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Ciranjang)
Admin Websites :Resta Cahya Nugraha, S.Pd
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
E-Book Kurikulum Merdeka Kemdikbud Fase F Lanjutan (Kelas 12)
Di halaman ini, tersedia buku-buku Kurikulum Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud). E-Book ini diambil dari Siste
E-Book Kurikulum Merdeka Kemdikbud Fase F (Kelas 11)
Di halaman ini, tersedia buku-buku Kurikulum Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbud). E-Book ini diambil dari Sistem
Perang Sarung, Budaya atau Kriminalitas ?
Penulis : Agus Sujarwadi, S.Sos. PERANG SARUNG, BUDAYA ATAU KRIMINALITAS ? Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam budaya dan kebiasaan.